Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Serba Serbi

Arkeolog Sebut Makam Pendiri Majapahit Raden Wijaya adalah Candi Simping di Kabupaten Blitar

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : A Yahya

15 - Jul - 2023, 00:12

Placeholder
Kondisi terkini Candi Simping di Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.(Foto : Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES- Arkeolog Badan Balai Pelestarian Kebudayaan (Bepelbud) Wilayah XI Wicaksono Dwi Nugroho menegaskan satu-satunya situs bersejarah yang merupakan makam Pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya adalah Candi Simping di Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Raden Wijaya wafat pada 1309 masehi dan abunya disimpan di Candi Simping.

"Disebutkan di Negarakertagama Raden Wijaya didarmakan di Candi Simping. Setelah dikremasi, abunya disimpan di candi tersebut," terang Nugroho dilansir dari detik.com, Jumat (14/7/2023).

Baca Juga : Viral, Seorang Gadis Mengaku Dinikahi Habib Bahar, Seminggu Hilang Kontak dari Orang Tua

Nugroho juga menjelaskan, situs Siti Inggil di Trowulan Mojokerto merupakan bangunan batur peninggalan zaman Majapahit. Namun masyarakat dibuat bingung karena di situs ini dalam perkembangannya berdiri bangunan baru. Mulai dari tangga, dinding keliling hingga 5 makam di dalamnya. Yakni makam Raden Wijaya, Garwo Padmi Ghayatri, Garwo Selir Dhoro Pethak, Garwo Selir Dhoro Jinggo, serta Abdi Kinarsih Kaki Regel.

"Sisa bangunan milik bangsawan, tapi bukan rumah. Datanya sudah rusak karena di situ banyak dibangun penambahan di atasnya oleh masyarakat, termasuk makam. Bisa seperti pendapa, jadi belum jelas," paparnya.

Seperti disampaikan Nugroho, bukti Candi Simping merupakan makam Raden Wijaya dicatat dalam Kitab Negarakertagama. Dalam teks di Kitab Negarakertagama tercatat bahwa Raja Hayam Wuruk sempat berkunjung ke wilayah Blitar sebanyak dua kali. Di antaranya pada tahun Saka tiga badan dan bulan (1283) Waisaka, yang tercatat dalam kutipan Negarakertagama pupuh 61.

 “Ndan ri çakha tri tanu rawi riɳ weçaka, çri natha muja mara ri palah sabhrtya, jambat siɳ ramya pinaraniran / lanlitya, ri lwaɳ wentar mmanuri balitar mwaɳ jimbe”. 

Artinya: Tahun Saka tiga badan dan bulan (1283) Waisaka, baginda raja berangkat menyekar ke Palah dan mengunjungi Jimbe untuk menghibur hati. Di Lawang Wentar, Blitar menenteramkan cita.

Kunjungan Hayam Wuruk ke Blitar waktu itu lebih bersifat keagamaan dan bertujuan memuja leluhur. Hal itu ditandai oleh kegiatan dan kunjungannya ke tempat-tempat suci guna menghormati leluhur dinasti Majapahit. 

Tempat-tempat yang mendapat perhatian khusus antara lain Candi Palah (Candi Penataran), Jimbe, Lawang Wentar (Candi Sawentar), dan di Balitar sendiri untuk menentramkan cita.

Dari Blitar, Hayam Wuruk bersama rombongan melanjutkan perjalanan ke arah selatan hingga tiba di Lodaya. Di sana Hayam Wuruk sempat bermalam beberapa hari dan juga menikmati pemandangan indah di pantai selatan.

Setelah itu, tempat terakhir yang dikunjungi Hayam Wuruk adalah Candi Simping. Di sana sang raja ingin memperbaiki candi makam leluhurnya. Melihat Candi Simping yang merupakan pendarmaan Raden Wijaya agak miring ke barat, Hayam wuruk memerintahkan pasukannya untuk menegakkan kembali menaranya agak ke timur.

Baca Juga : BPJS Ketenagakerjaan Blitar Sosialisaikan Program Jamsostek ke Peserta Bimtek Pengawasan Perizinan Berusaha

Perbaikan tersebut disesuaikan dengan bunyi prasasti yang dibaca lagi, diukur panjang lebarnya, dan di sebelah timur sudah ada tugu. Selain itu, sebuah pura di gurung-gurung diambil halamannya untuk sebagai denah candi makam leluhurnya tersebut.

Selain itu, dalam Negarakertagama pupuh 70 dijelaskan secara khusus baginda raja kembali mengunjungi Candi Simping. Pada tahun Saka angin delapan utama (1285), Hayam Wuruknmengunjungi Simping demi pemindahan makam kakeknya tersebut. Semua lengkap dengan segala persajian menuut adat. Upacara tersebut dipimpin oleh Rajaparakrama.

 Sekembalinya dari Simping, Hayam Wuruk segera masuk ke pura. Beliau terpaku mendengar Adimenteri Gajah Mada sedang jatuh sakit. Raja Hayam Wuruk sangat sedih kerena Gajah Mada pernah mencurahkan tenaga untuk keluhuran Jawa, di Bali, serta Kota Sadeng untuk memusnahkan musuh.

Penggalan kisah tersebut merupakan rangkaian perjalanan Hayam Wuruk ke wilayah Blitar yang tercantum di Kitab Negarakertagama. 

Selain itu, para pakar beranggapan bahwa Hayam Wuruk sering melakukan kunjungan ke wilayah Blitar. Pasalnya, pada waktu itu Blitar dipercaya sebagai tanah kaum brahmana yang telah disucikan oleh para pendahulu Majapahit.


Topik

Serba Serbi raden wijaya kabupaten blitar candi simping Wicaksono Dwi Nugroho



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Batu Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

A Yahya

Serba Serbi

Artikel terkait di Serba Serbi