Madrasah Berkilau! MIN 1 Kota Malang Raih Tiga Medali Emas di OMI 202

Editor

Dede Nana

20 - Nov - 2025, 07:17

Tiga siswa MIN 1 Kota Malang meraih medali emas dalam ajang OMI 2025 (ist)

JATIMTIMES - Panggung Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025 di Grand El Hajj, Kota Tangerang, berubah menjadi panggung kemenangan bagi tiga siswa MIN 1 Kota Malang. Dalam kompetisi nasional yang berlangsung 10–14 November itu, mereka merebut tiga medali emas di dua cabang tersulit: Matematika Terintegrasi dan IPA Terintegrasi. 

Para peraih emas itu adalah Riza Akbari Prabowo, Muhammad Bintang Al Baihaqi, dan Rafarzano Widiaya Diamanta, tiga nama yang membawa sorak bangga untuk Kota Malang dan Jawa Timur.

Baca Juga : Target Rampung 20 Januari, DPRD Kota Malang Minta Revitalisasi Alun-Alun Merdeka Dikebut

Rafarzano, yang turun di cabang IPA Terintegrasi, menggambarkan proses belajarnya. “Saya lomba di bidang IPA terintegrasi. Kalau teknik belajar, saya enggak ikut bimbel. Cuma belajar dari sekolah sama belajar sendiri di rumah," ucapnya,  Kamis(20/11/2025)

Ia mengakui bahwa tantangan terbesar bukan pada hafalan konsep, melainkan pada kemampuan menghubungkan ayat dengan teori sains modern. "Soal integrasinya itu lebih susah karena ada integrasi Al-Qur’an,” tuturnya.

1

Bintang punya cerita berbeda, meski ritmenya sama disiplin. “Tentunya kami dapat bimbing yang khusus matematika terintegrasi. Saya ada bimbingan dari luar, tapi tentang matematika saja. Kalau soal integrasinya dari sekolah,” jelasnya. 

Sementara Riza menambahkan bahwa ia memperkuat diri lewat kombinasi pembinaan madrasah dan bimbel matematika murni. “Saya juga matematika. Dapat pembinaan dari sekolah, tapi saya ikut bimbel tambahan, tapi yang matematika murni,” kata Riza.

Perjalanan mereka menuju panggung nasional tak pernah mudah. Guru pembimbing, Laila Tsalasatul Fitria, mengamini hal itu. “Anak-anak ini perjalanannya sudah sangat panjang belajar melalui soal-soal olimpiade. Awalnya ada penjaringan, kemudian dikerucutkan menjadi beberapa delegasi untuk OSN dan OMI. Mereka dibina dari dasar-dasar pelajaran IPA dulu, lalu pendalaman soal olimpiade. Saat mendekati OSN atau OMI, pembinaan intensif, full pembahasan soal setiap hari,” ucapnya.

2

Laila menjelaskan bahwa sistem kompetisi OMI juga berjenjang. “Dari kota, terus diambil dua peringkat terbaik untuk ke provinsi. Dari provinsi diambil satu terbaik provinsi. Alhamdulillah anak-anak ini masuk semuanya sepuluh terbaik nasional,” katanya. 

Ia menambahkan bahwa OMI memiliki kekhasan tersendiri: “Perlakuan khususnya di integrasi sains. Bagaimana mengkolaborasikan ayat-ayat sains di Al-Qur’an dengan IPA. Anak-anak harus menelusuri tafsir yang ada kaitannya dengan sains.”

Guru pembina lain, Akhmad Ridwan, melihat tahun ini sebagai momen paling menggembirakan. “OMI itu memang integrasi agama dan ilmu. Soal-soalnya ada yang benar-benar di luar operasi dasar, makanya anak-anak harus kuat. Tahun ini tahun yang paling membanggakan karena tiga-tiganya dapat emas. Lakukan yang terbaik, itu yang selalu saya tekankan. Kalau rezeki, ya dapat. Kalau belum, tingkatkan potensimu di aspek lain,” ungkapnya. 

Baca Juga : Gaya Mewah Tidak Harus Mahal: Keramik Signature di Graha Bangunan Blitar Jadi Pilihan Favorit Renovasi

Ia juga menggambarkan bagaimana anak-anak sering berlatih sejak pagi hingga pulang sekolah.

Kepala MIN 1 Kota Malang, Hj. Siti Aisah, mengapresiasi capaian yang membanggakan ini. Ia memberikan gambaran besar perjalanan madrasah. “Semua ini berproses. Tahun 2023 kami belum bisa masuk nasional. Tahun 2024 masuk nasional dan mendapat perunggu. Tahun 2025 baru dapat emas. Itu hasil evaluasi. Ada yang kurang dari kami dulu, lalu kami perbaiki. Anak-anak kami petakan sejak kelas 3 atau 4. Pembinaannya ditambah, yang biasanya lima kali seminggu jadi tujuh atau delapan kali,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa keberhasilan ini hanyalah puncak gunung es dari kerja panjang banyak pihak. “Di balik kesuksesan itu ada orang tua, pembina, guru, dan lingkungan madrasah. Ada orang tua yang menambah latihan anak di rumah, ada yang memanggil guru les malam hari. Pembina dari dalam dan luar berkolaborasi. Sampai ke perguruan tinggi pun kami minta masukan dari profesor matematika dan IPA,” ucapnya.

Ais sapaan akrabnya, juga menyinggung peran komite dan lingkungan madrasah. “Fasilitas keberangkatan, pembinaan, sampai penginapan, banyak yang ditopang komite. Dari kantor, kami dapat pembinaan dan motivasi. Semua ini kolaborasi. Kami hanya berusaha, Allah yang menentukan jalan terbaik,” tuturnya.

Prestasi akademik itu berjalan beriringan dengan kreativitas lingkungan. Dalam Expo Madrasah Nasional 2025 yang menjadi rangkaian OMI, MIN 1 Kota Malang tampil memukau lewat booth bertema “Theology of Green: Madrasahku Hijau Lestarikan Bumi”. Booth itu memamerkan Robo Waste Finder, karya daur ulang, hingga aksen estetis berupa kaligrafi Kufi yang dikolaborasikan dengan pembelajaran matematika di panggung “Mimbar Bestari”. Hj. Helmi Halimatul Udhma, Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kemenag RI, bahkan berhenti cukup lama untuk berdialog dengan siswa.

Dari panggung lomba hingga panggung pameran, MIN 1 Kota Malang menunjukkan wajah madrasah yang sedang berevolusi: religius, ilmiah, kreatif, sekaligus hijau. Dan tiga medali emas itu hanyalah tanda bahwa kerja keras, disiplin, dan kolaborasi, jika dihidupkan bersama, selalu menemukan jalannya menuju kemenangan.