JATIMTIMES - Belakangan ini, istilah santri kembali ramai dibicarakan setelah tayangan Trans7 yang menyinggung kehidupan pesantren menuai sorotan publik. Di balik kontroversi itu, banyak yang kemudian ingin tahu makna sebenarnya dari kata santri—sebuah istilah yang bukan hanya melekat pada dunia pesantren, tetapi juga mencerminkan nilai keikhlasan, kedisiplinan, dan semangat menuntut ilmu yang telah mengakar dalam budaya Islam Indonesia.
Lalu, apa sebenarnya arti kata santri dan bagaimana maknanya berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia? Istilah ini ternyata memiliki sejarah panjang dan pengertian yang jauh lebih luas, mencakup siapa pun yang berilmu, berakhlak, dan berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan.
Baca Juga : Jawa Timur Dilanda Cuaca Panas Ekstrem, Ini Penyebabnya Menurut BMKG
Arti Santri Menurut KBBI dan Pandangan Umum
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri diartikan sebagai orang yang mendalami agama Islam. Santri juga bisa diartikan sebagai seseorang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau dikenal saleh dalam perilakunya.
Secara umum, istilah santri memiliki dua makna: sempit dan luas.
Dalam makna sempit, santri adalah mereka yang menuntut ilmu agama dan tinggal di pondok pesantren.
Sedangkan dalam makna luas, santri tidak selalu harus tinggal di pesantren. Siapa pun yang menekuni dan mengamalkan ilmu agama Islam dengan sungguh-sungguh dapat disebut santri.
Artinya, baik mereka yang belajar di lingkungan pesantren maupun yang mendalami agama di luar pesantren tetap dipandang sebagai santri—yakni pribadi yang memiliki pengetahuan agama, akhlak baik, dan ketaatan dalam beribadah.
Asal-Usul dan Makna Kata Santri
Secara historis, kata santri memiliki berbagai pandangan tentang asal-usulnya.
Nurcholish Madjid, seorang cendekiawan Muslim Indonesia, menyebut kata santri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti melek huruf atau cerdas.
Di sisi lain, John E. berpendapat bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.
Sementara itu, Zamakhsyari Dhofier menjelaskan bahwa kata santri dalam bahasa India merujuk pada orang yang memahami kitab suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci.
Dari berbagai pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa santri adalah seseorang yang menuntut ilmu, khususnya ilmu agama Islam, dan setia mengikuti gurunya (cantrik). Jadi, esensi kata santri tidak hanya soal tempat belajar, tetapi juga tentang semangat menuntut ilmu dan ketulusan dalam beribadah.
Kepanjangan Kata Santri dalam Bahasa Arab
Menariknya, kata santri dalam bahasa Arab juga memiliki kepanjangan yang penuh makna spiritual. Jika ditulis dalam huruf Arab menjadi سنتري, maka setiap hurufnya mengandung makna filosofis:
• س (Sin) : Saliq al-Khayri (Pelopor kebaikan)
• ن (Nun) : Naibu anil Ulama (Penerus para ulama)
• ت (Ta) : Taarikun ‘ani al-Ma’ashi (Orang yang meninggalkan kemaksiatan)
Baca Juga : Menag Nasaruddin di UIN Malang: ASN Kemenag Harus Jadi Pencerah, Bukan Sekadar Pengajar
• ر (Ra) : Roghibun fi al-Khoirot (Orang yang ridha dan bersemangat dalam kebaikan)
• ي (Ya) : Yaqin (Keyakinan)
Setiap huruf tersebut menggambarkan nilai-nilai luhur yang melekat pada diri seorang santri—berakhlak baik, berilmu, meninggalkan dosa, dan selalu yakin pada kebenaran Allah SWT.
Hari Santri Nasional dan Peran Besar Santri bagi Negeri
Santri memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dalam masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan, banyak santri ikut berjuang di garis depan melawan penjajahan.
Atas dasar kontribusi besar itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan Hari Santri Nasional pada tahun 2015, yang diperingati setiap 22 Oktober.
Setiap tahunnya, Kementerian Agama (Kemenag) RI merayakan Hari Santri Nasional dengan berbagai kegiatan. Misalnya pada tahun 2023, peringatan ini mengusung tema “Jihad Santri Jayakan Negeri”, yang menegaskan semangat perjuangan santri dalam membangun bangsa.
Kemenag juga menggelar beragam acara, seperti Festival Mahrojan, pameran seni rupa, malam gebyar seni budaya, dan Kemandirian Pesantren Expo. Puncak acara biasanya diadakan di Tugu Pahlawan Surabaya, simbol perjuangan rakyat dan santri di masa kemerdekaan.
Makna Santri di Era Modern
Kini, menjadi santri tidak terbatas pada mereka yang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Di era digital ini, siapa pun yang meneladani nilai-nilai santri—berilmu, berakhlak, berjuang di jalan kebaikan, dan membawa manfaat bagi masyarakat—juga bisa disebut santri.
Santri adalah cerminan generasi yang berjiwa religius, cinta tanah air, serta siap menjadi pelopor kebaikan di berbagai bidang kehidupan.