JATIMTIMES - Warga Jawa Timur dalam beberapa hari terakhir mengeluhkan cuaca yang terasa sangat panas. Sinar matahari terasa menyengat bahkan sejak pagi, membuat banyak orang bertanya-tanya apa penyebab suhu udara yang begitu tinggi akhir-akhir ini.
Menurut prakirawan BMKG Juanda Thariq Harun Al Rasyiid, kondisi panas ini terjadi akibat posisi Matahari yang sedang berada tepat di atas wilayah Jawa Timur, atau yang disebut dengan kulminasi utama.
Baca Juga : Solusi Macet Candi Panggung Tertahan, Warga Berharap Segera Ada Jalan Tembus
Menurut Thariq, fenomena kulminasi utama membuat intensitas penyinaran Matahari meningkat drastis sehingga radiasi ultraviolet juga lebih tinggi dari biasanya. Hal inilah yang menyebabkan udara terasa lebih panas dan gerah.
“Kondisi ini terjadi karena posisi Matahari sedang berada tepat di atas wilayah Jawa Timur. Akibatnya, radiasi sinar Matahari yang diterima permukaan Bumi menjadi lebih maksimal,” jelas Thariq, Rabu (15/10/2025).
Kulminasi utama sendiri merupakan fenomena ketika Matahari berada di titik tertinggi di langit atau tepat di atas kepala pengamat. Saat peristiwa ini terjadi, bayangan benda tegak akan tampak menghilang karena tumpang tindih dengan benda itu sendiri. Karena itulah, kulminasi utama sering disebut sebagai hari tanpa bayangan.
Lebih lanjut, Thariq menjelaskan bahwa gerak semu tahunan Matahari berlangsung antara 23,5° lintang utara hingga 23,5° lintang selatan. Saat ini, posisi lintang Matahari memang sedang tepat berada di atas Jawa Timur, sehingga wilayah ini menerima paparan sinar matahari yang sangat intens.
“Gerak semu harian Matahari itu dari 23,5° lintang utara sampai 23,5° lintang selatan. Kebetulan saat ini memang Matahari lintangnya tepat di atas Jatim,” ujar Thariq.
BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap dampak yang bisa ditimbulkan selama periode panas ekstrem ini. Cuaca terik dan kering dapat memicu kebakaran, terutama di area dengan vegetasi kering, lahan kosong, atau tumpukan sampah yang mudah terbakar.
“Untuk dampaknya, memang benar, mulai dari potensi kebakaran, kekeringan, hingga gangguan kesehatan akibat suhu yang tinggi,” kata Thariq.
Selain risiko kebakaran, suhu yang tinggi secara terus-menerus juga dapat mempercepat pengeringan tanah serta menurunkan ketersediaan air di sumber-sumber dangkal. Kondisi ini dapat berimbas pada berkurangnya pasokan air bersih di beberapa wilayah pedesaan.
Dari sisi kesehatan, BMKG juga mengimbau masyarakat agar memperhatikan kondisi tubuh selama cuaca ekstrem berlangsung. Paparan panas berlebih bisa memicu dehidrasi, kelelahan akibat panas (heat exhaustion), bahkan risiko paparan sinar ultraviolet (UV) berlebih yang dapat berdampak pada kulit.
Warga diimbau untuk menghindari aktivitas berat di luar ruangan pada siang hari, memperbanyak minum air putih, serta menggunakan pelindung diri seperti topi, kacamata hitam, atau tabir surya saat beraktivitas di bawah terik matahari.