Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Serba Serbi

Menelisik Masjid Besar dan Makam Kuno Taman Kota Madiun, Warisan Sejarah Yogyakarta Mancanegara Timur

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Yunan Helmy

20 - Jan - 2023, 05:08

Placeholder
Kompleks makam Raden Ronggo Prawirodirdjo II di makam kuno Taman Kota Madiun.(Foto : Aunur Rofiq/JATIMTIMES)

JATIMTIMES- Dewasa ini Jawa Timur lebih dikenal dengan kota-kota yang identik dengan modernitas. Beberapa kota dengan energi modernitas bermunculan di Jawa Timur. Sebut saja Surabaya, Malang, Kediri dan Madiun. 

Uniknya, beberapa kota seperti Malang, Ponorogo, dan Madiun belakangan terinspirasi  Yogyakarta dan Surakarta untuk memunculkan konsep heritage (warisan sejarah) dalam skema tata kota.

Baca Juga : Usai Dilantik, Pj Wali Kota Batu Langsung Tancap Gas Temui Dua Menteri RI

Di tulisan kali ini, JATIMTIMES akan sedikit mengajak pembaca untuk kembali membahas sejarah Madiun. Ya, bicara mengenai heritage, Madiun secara aura dan energi lebih dekat dengan heritage model Yogyakarta dan Surakarta. 

Kali ini kita menelisik sejarah Masjid Kuno Taman dan Makam Kuno Taman di Kota Madiun. Dua tempat ini sudah ditetapkan sebagai warisan cagar budaya oleh pemerintah.

Pembahasan kita mulai dari Masjid Kuno Taman. Nama lain masjid ini adalah Masjid Donopuro atau Masjid Besar Kuno Madiun. Masjid ini dibangun oleh Kiai Ageng Misbach atau Kiai Donopuro pada tahun 1754, masjid bangunan pertama masih berbentuk surau. Masjid yang semula bernama Masjid Donopuro ini didirikan di tanah perdikan (daerah bebas pajak) wilayah Kasultanan Mataram.

Di kemudian hari, ketika Madiun masuk dalam wilayah Mancanegara Timur Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, wilayah perdikan ini oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I diberikan kepada Raden Ronggo Prawiro Sentiko atau Raden Ronggo Prawirodirdjo I yang saat itu menjabat sebagai bupati Madiun merangkap bupati wedana Mancanegara Timur Kasultanan Yogyakarta.

Selanjutnya, oleh Raden Ronggo Prawirodirdjo I, tanah perdikan itu diserahkan kepada Kanjeng Raden Ngabehi Kiai Ageng Misbach yang saat itu menjadi penasihat Bupati Wedana Raden Ronggo Prawirodirjo I.

Masjid Donopuro kemudian menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah Karesidenan Madiun. Pada tahun 1981, masjid ini ditetapkan dalam daftar peninggalan cagar budaya dan namanya diganti menjadi Masjid Besar Kuno Taman.

Seperti sudah melekat dan menjadi satu kesatuan. Di barat Masjid Besar Kuno Taman ini terdapat makam bupati-bupati Madiun dari trah Raden Ronggo Prawirodirdjo. Pasarean bupati-bupati ini disebut dengan Makam Kuno Taman.

Sejarah Makam Kuno Taman ini bermula dari wafatnya Raden Ronggo Prawirodirdjo I. Setelah 29 tahun mengabdikan diri dalam pemerintahan, pada usia yang lanjut sekitar tahun 1784, Raden Ronggo Prawirodirdjo I jatuh sakit dan kemudian wafat di Istana Kranggan.

Salah satu catatan sejarah menyebutkan, Sri Sultan Hamengku Buwono I, ipar (Pangeran Mangkubumi/Hamengku Buwono I menikahi adik perempuan Pangeran Ronggo Prawiro Santiko yang bernama Ajeng Manik) sekaligus rekan seperjuangan Raden Ronggo Prawirodirjo I menerima kabar wafatnya bupati wedana Mancanegara Timur. Diperintah­kan ke seluruh negeri untuk berkabung selama tujuh hari lamanya dan di setiap masjid dilakukan pengajian.

Jenazah Raden Ronggo Prawirodirdjo I tidak dimakamkan di Imogiri maupun Kotagede Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono I mengeluarkan perintah agar jenazah Raden Ronggo Prawirodirdjo I dimakamkan di Desa Taman yang letaknya sebelah timur Kranggan.

Baca Juga : Perampok 2 Minimarket di Madiun Diringkus di Lampung

Sejak saat itu, Desa Taman dikukuhkan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai desa perdikan. Desa itu diberikan satu otonomi yang cukup luas. Di lokasi itu masjid Taman yang berbentuk surau dipugar dan dibangun masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Kuno Taman. Sri Sultan Hamengku Buwono I kemudian mengangkat Kanjeng Raden Ngabehi Kiai Ageng Misbach sebagai pemimpin Desa Perdikan Taman.

Sultan juga menetapkan Makam Taman setaraf dengan ma­kam keluarga raja-raja Mataram di Imogiri. Secara khusus Makam Taman ini dipergu­nakan untuk pemakaman keluarga Ronggo Prawirodirdjo.

 “Masjid Kuno Taman dan Makam Besar Taman ditetapkan sebagai cagar budaya. Yang dilindungi apa? Yang dilindungi adalah bangunan dan sejarahnya. Sejarah besarnya, Raden Ronggo I sampai Ronggo III melakukan perlawanan pada VOC. Beliau bertiga ini dulu sering motong kompas di pesisir utara Jawa. Upeti yang mau dikirimkan ke Batavia mereka rampas dan ini ketahuan ketika era Ronggo III,” jelas Koordinator Pengelola Makam Kuno Taman Moch. Zaenal Fatah.

Selain Raden Ronggo Prawirodirdjo I, di Makam Taman juga dimakamkan Raden Ronggo Prawirodirjo II, kakek  Raden Ronggo Prawirodiningrat dan Raden Bagoes Sentot Prawirodirdjo/Sentot Alibasya Prawirodirdjo, panglima perang Pangeran Diponegoro.

Selain itu, di Makam Taman terdapat juga makam Pangeran Dipokusumo (saudara Pangeran Diponegoro, plt bupati Madiun 1810-1820), Raden Ronggo Prawirodiningrat (putra Raden Ronggo Prawirodirdjo III, bupati Madiun 1822-1861), Raden Ronggo Ariyo Notoningrat atau Kanjeng Bagus (bupati Madiun 1861-1869), Raden Mas Mas Tumenggung Adipati Sosronegoro (bupati Madiun 1869-1879), Raden Mas Tumenggung Sosrodiningrat (bupati Madiun 1879-1885), Raden Aryo Adipati Brotodiningrat (bupati Madiun 1885-1900), Raden Tumenggung Koesnodiningrat (bupati Madiun 1900-1929), Raden Mas Adipati Koesmen (bupati Madiun 1929-1937), dan Raden Ronggo Koesnindar atau Pudak Sinumpet (bupati Madiun 1937-1953).

“Raden Ronggo Prawirodirdjo III (cucu Raden Ronggo Prawirodirdjo I) dulu sebenarnya ketika makamnya dipindah dari Banyusumurup, sebenarnya mau dipindahkan untuk dimakamkan di sini dan permaisurinya, GBRAy Maduretno, yang di Gunung Bancak dipindah ke sini agar keduanya berdampingan. Tapi karena di sini sudah penuh, maka akhirnya Ronggo III yang ngalah, akhirnya dimakamkan kembali di Gunung Bancak, tempatnya Eyang Maduretno,” terang Zaenal Fatah.

 


Topik

Serba Serbi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Batu Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy