IHYA 2025 Series 2: Cara Tak Biasa FKIK UIN Malang Mempromosikan Prodi S2 Biomedik
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Yunan Helmy
23 - Nov - 2025, 01:46
JATIMTIMES - Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang memilih langkah berani ketika mengenalkan program studi terbarunya. Bukan lewat brosur mengilap atau video promosi yang manis, mereka justru membuka panggung ilmiah lewat Islamic Health and Biomedical Advancement (IHYA) 2025 Series 2.
Kegiatan yang digelar belum lama ini secara daring itu merupakan forum akademik yang sengaja dirancang untuk mengangkat kualitas keilmuan peserta sekaligus menunjukkan keseriusan FKIK membangun ekosistem riset. Dengan cara ini, promosi prodi S2 Ilmu Biomedik tidak sekadar kampanye, tetapi hadir sebagai pengalaman belajar yang memberi manfaat nyata.
Baca Juga : Wisman Eropa Meningkat di Kota Malang, Disporapar Bidik Turis Asing Lebih Lama Tinggal
Dekan FKIK UIN Maliki Malang Prof Dr dr Yuyun Yueniwati Prabowowati Wadjib MKes SpRad(K) melalui Dr drg Risma Aprinda Kristanti MSi membuka kegiatan, menandai bahwa prodi S2 Ilmu Biomedik yang akan dibuka tahun ajaran 2026/2027 ini dikenalkan bukan melalui slogan, melainkan melalui demonstrasi kemampuan ilmiah para dosen dan arah riset yang ingin dikembangkan.
Ketua panitia kegiatan dr Abdul Malik Setiawan menyebutkan bahwa IHYA memang sengaja dirancang sebagai etalase keilmuan. Cara ini menunjukkan bahwa promosi prodi tidak harus bersifat kosmetik; ia bisa berbentuk forum riset yang membiarkan publik melihat sendiri kualitas sumber daya akademiknya. “Tujuannya memperkenalkan S2 Ilmu Biomedik sekaligus menunjukkan kompetensi para dosen,” ujarnya.

Komitmen itu tercermin dari keberanian memilih tema berat: “Model and Validation of Health Products: From Immunohistochemistry to Halal Critical Points.” Tema seperti ini umumnya muncul dalam konferensi riset, namun FKIK menjadikannya wadah perkenalan prodi agar publik memahami apa yang benar-benar akan mereka temui di ruang kuliah dan laboratorium. Dokter Malik menjelaskan bahwa teknik seperti imunohistokimia, validasi produk kesehatan, hingga analisis titik kritis halal akan menjadi keterampilan inti mahasiswa, karena itu diperkenalkan sejak awal.
Pendekatan integratif antara sains biomedis dan nilai Islam tidak disodorkan sebagai jargon, tetapi hadir langsung melalui materi yang dipaparkan narasumber. Dr drg Anik Listiyana membahas pengembangan model hewan kanker, Dr Zainabur Rahmah mengulas model hewan malaria plasenta, dan Apt Mayu Rahmayanti mengajak peserta membaca ulang proses farmasi dari sudut pandang titik kritis halal.
Tiga pemaparan ini bukan sekadar informasi, melainkan gambaran arah riset yang akan diseriusi prodi: sains yang ketat, etika yang kuat, dan fokus pada isu-isu seperti penyakit degeneratif.
Ketua Prodi S2 Biomedik Dr drg Anik Listiyana berharap IHYA tidak berhenti sebagai agenda rutin fakultas, tetapi berkembang menjadi ruang kolaborasi yang mempertemukan peneliti dari berbagai lembaga. “Semoga IHYA terus berjalan dan menarik pihak luar untuk bekerja sama demi saling support dalam penelitian dan pembelajaran,” ujarnya.
Dari cara FKIK memperkenalkan program ini, terlihat jelas bahwa mereka sedang menawarkan lebih dari sekadar informasi tentang prodi baru. FKIK UIN Maliki Malang memperlihatkan budaya ilmiahnya. Pendekatan yang tak biasa ini bukan hanya efektif memperkenalkan S2 Ilmu Biomedik, tetapi juga memberi manfaat akademik bagi peserta, sebuah langkah yang jujur, berani, dan relevan bagi calon mahasiswa yang benar-benar ingin terjun ke dunia biomedik.
