Komunitas Simba Kota Batu: Ruang Kreatif Film, Karyanya Tembus Festival Nasional dan Internasional
Reporter
Irsya Richa
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
30 - Sep - 2025, 05:56
JATIMTIMES - Hadir mewadahi kegiatan masyarakat yang antusias film dengan pemutaran film, produksi film, Sinema Batu Adem (Simba) mewarnai komunitas di Kota Batu. Tidak hanya sekadar ajang berkumpul, tapi juga membuat karya film hingga meraih penghargaan berbagai festival nasional hingga internasional.
Simba adalah komunitas kolektif film berbasis di Kota Batu sejak 2018 yang bergerak pada pemutaran, apresiasi, hingga produksi film. “Simba hadir untuk menjadi ruang atau wadah masyarakat di Kota Batu yang antusias dengan film,” ungkap Pembina Komunitas Simba Kota Batu, Lingga Galih Permadi.
Baca Juga : Pengangkatan 1.728 PPPK, Wahyu Hidayat Tekankan Disiplin dan Profesionalisme
Sudah tujuh tahun berdiri, Simba Kota Batu punya kurang lebih 20 anggota. Mereka punya anggota lintas latar belakang, seperti praktisi, guru, siswa, dan mahasiswa ada di dalamnya. Lewat komunitas ini beragam program pun dihadirkan.
Melalui program “Sedulur (Sesarengan Diskusi Film, lur!)” yang sudah punya 12 edisi. Simba menghadirkan diskusi bersama pembuat film berprestasi pada festival.
Kemudian pada 2021, Simba mulai memproduksi film pendek pertamanya, yakni Oskab Geger Gedhen. Meski perdana, film pendek ini berhasil meraih penghargaan di Lake Toba Festival, Vidsee Juri Award dan seleksi resmi di berbagai festival nasional.
“Disusul film Pepak, dan saat ini terus membuat karya. Pada 2025 adalah Kentang Tingtung (KTTT) yang berhasil diputar perdana di Indonesia–Western Australia Film Festival (IWAFF) 2025,” imbuh Lingga.

KTTT menceritakan tentang Joni Bayem selalu mempercayai bahwa kentangnya tumbuh subur merupakan hasil dari cara merawatnya yang berbeda, yakni dengan menyanyikan lagu dangdut setiap hari. Banyak warga yang tak percaya akan metodenya, hingga pemerintah hadir dengan upaya digitalisasi kentang yang bisa menaikkan kapasitas dan kualitas produksi.
Semua petani sibuk dengan live streaming, memantau algoritma melalui Al dan Smart Farming, namun lupa akan substansi. Joni juga terusik atas pemaksaan digitalisasinya yang dipaksa oleh Susi penyuluh tani digital yang dicintainya.
Baca Juga : Perpustakaan Jantung Peradaban: Wali Kota Blitar Dorong Sekolah Jadi Pusat Literasi Modern
“Tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri, di mana karya-karya warga Kota Batu bisa ditayangkan di sana,” kata Lingga, Selasa (30/9/2025).

Selain itu, Simba menggelar program REKREASINEMA, yakni pemutaran film di ruang rekreatif khas bentang alam Kota Batu dengan enam sesi berjalan. Yakni berlangsung di kawasan Soden Selecta, Ayo Cafe, Sendratari Arjuna Wiwaha, Pasar Induk Among Tani, Pabrik Apel Celup Tulungrejo, dan Coban Putri.
Hingga kini, Simba terus berkembang melalui kolaborasi lintas komunitas seni, pemerintah, dan jejaring Indonesia Creative Cities Festival untuk memperkuat ekosistem film Kota Batu di jejaring nasional.